Cimanggung- Sejarah Patambon, menurut sejumlah tokoh masyarakat di Cimanggung menyebutnya Patamon (tanpa hurup B) yang dalam bahasa Sunda serupa dengan patemon atau (tempat) pertemuan. Konon, lokasi ini menjadi tempat beristirahat rombongan Pangeran Kornel, Bupati Sumedang Tahun 1791-1828 jika selesai berburu di pengunungan Kareumbi.
Kawasan Patambon di berada di Dusun Batunangtung Desa/Kecamatan Cimanggung, memiliki potensi alam yang baik. Seperti camping ground, outbound dan lahan penanaman serta konservasi hutan.
Menurut Joni Salah satu tokoh pemuda Cihonje yang masih satu desa dengan area Patambon mengatakan, "bahwa sangat di sayangkan dengan tempat yang sangat indah di penuhi tanaman pohon pinus sekelilingnya sebagai komiditi utama dan beberapa pohon mahoni sebagai pelengkap, Kawasan Wisata Alam Patambon,bakan mampu bersaing dengan kawasan wisata alam lainnya di Sumedang jika begul-betul di kelola dengan baik.
Apalagi sekarang jalan menuju akses Patambon, sudah dilebarkan hingga kendaraan roda empat pun bisa masuk langsung ke lokasi.
Patambon memang sudah lama dibuka walaupun itu memang lahan hutan, namun memiliki potensi wisata alam yang baik. Sayangnya pemerintah maupun investor belum melirik kawasan itu,” kata Agung (Kadus lll) Kepala dusun Batunangtung Desa Cimanggung.(26/08/2020).
Menurut Agung Kawasan Patambon berada di Kaki Gunung Kareumbi atau 6 kilometer dari kantor desa. Atau 10 kilometer dari Kantor Kecamatan Cimanggung. Kawasan Patambon berbatasan dengan Desa Tegalmanggung dan Sumedang Selatan.
Menurut Agung, di blok ini ada tempat yang nyaman sebagai tempat untuk kemping (camping ground). Lahan terbuka yang datar dengan lokasi yang bisa ditempuh hanya 30 menit berjalan kaki dari pemukiman penduduk paling akhir, di Kampung Batu Nangtung Desa Cimanggung.
“Ini potensi bagi warga Cimanggung dan harus dipertahankan kelestariannya dan kamipun dari pihak pemerintah Dusun, Desa, Kecamatan dan Kabupaten berikut di bantu masyarakat sedang menggalakan penanaman pohon, Mudah-mudahan kedepannya Patambon jadi taman hutan rakyat atau wisata alam,” harapnya.
Lahan seluas sekitar dua hektar ini masuk ke dalam pengelolaan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Di sebelah timur, ada sungai berair jernih dengan lokasi yang mudah dijangkau. Tak sedikit warga dan pegiat olahraga alam bebas berkemah di tempat ini.
Perjalanan menuju ke tempat ini dihiasi dengan sawah-sawah di kiri-kanan jalan setapak. Sebagiannya kebun palawija, dan rumpun-rumpun bambu.
“Namun, kesadaran orang yang berkunjung dan berkemah ke tempat ini untuk menjaga kebersihan dan keasrian mesti dijaga dan pengawasan dari BKSDA harus bersinergi dengan warga setempat” katanya. (IC)